Limbah Bernilai Emas: Bioetanol dari Tetes Limbah Pabrik Gula (Tebu)
Perkebunan Tebu | Source: Pinterest |
Dari sejarah diketahui bahwa tidak ada kegiatan ekonomi di Indonesia yang lebih advanced daripada industri pergulaan Jejak jejaknya amat mudah ditemukan. Secara fisik, pabrik-pabrik gula (PG) di Jawa yang kini dikelola PT Perkebunan Nusantara (PT PN) IX-XI dan PT RNI adalah bagian sejarah itu PG-PG tersebut dibangun di era kolonialisme Belanda pada abad ke-18 Di bidang riset, meskipun perannya tidak sebesar dulu, masih ada Pusat Penelitian Perkebunan Gula Indonesia (P3GI) di Pasuruan, Jawa Timur. Itu semua menandakan budi daya tebu dan industri gula sudah berlangsung ratusan tahun.
Tidak seperti di Brasil yang memproduksi gula dan bioetanol. Di Indonesia selama ini tebu sebagian besar diproduksi menjadi gula. Dan proses produksi gula itu dihasilkan limbah berupa tetes. Selama bertahun-tahun, limbah tetes ini dianggap limbah tanpa banyak dimanfaat kan Belakangan, ada yang mengolah lebih lanjut tetes itu menjadi pupuk cair, bumbu masak, atau untuk spiritus.
Bioetanol bisa diproduksi langsung dari tebu atau tetes limbah pabrik gula yang dihasilkan darı penggilingan tebu di PG Tetes yang dihasilkan PG per ton tebu sekitar sekitar 45 kg. Dari lahan seluas hampir 400 ribu hektar tahun 2006, jumlah tebu tergiling selarna satu tahun sebesar 27 juta ton, berarti tiap tahun dapat dihasilkan tetes sekitar 1 215 000 ton. Jika diproduksi men- jadi bioetanol, akan dihasilkan 364.500 ton bioetanol.
Bioetanol dari tebu lebih prospektif dibandingkan dari tanaman lain. Tebu termasuk tanaman C4 yang memiliki efisiensi fotosintesis pa- ling tinggi dan tingkat pertumbuhan cepat dibandingkan jenis tanaman lain. Data Latin America Thematic Network on Bioenergy menunjukkan, biaya produksi bioetanol dari tebu paling murah. Untuk setiap me ter kubik bioetanol yang dihasilkan dari tebu diperlukan biaya US$ 160 Bandingkan dengan biaya bioetanol dari tanaman lain; dari jagung se besar US$ 250-420, gandum sekitar US$ 380-480, kentang sebesar US$ 800-900, singkong US$ 700 dan gula bit USS 300-400. Produksi bioetanol dari tebu membutuhkan energi relatif sedikit. Rasio output/ input energi bioetanol dari tebu sekitar 2,5-9,0.
Sementara dari jagung 1,3, sorgum manis 2,5-5,0 dan gula bit 1,76. Selain itu, reduksi emisi karbondioksida dalam pemakaian bioetanol dari tebu sebagai substitusi premium mencapai 50-90%. Untuk bioetanol dari jagung hanya 20-40 % dan gula bit sekitar 30-50%. Ini menunjukkan, potensi tebu untuk meredam dampak negatif pemanasan global jauh lebih tinggi ketinbang tanaman lain.
Jangan lupa, setiap bagian dari tebu juga bisa menghasilkan bera- gam produk yang bernilai tinggi. Batang bersih tebu mengandung total gula 15,43%, sukrosa 14,1%, fiber 12,21%, abu 0,54%, lain-lain 0,82%, dan total bahan kering 29,0%, serta air 71%. Kandungan ujung batang-daun adalah total gula 2,18%, fiber 19,8%, abu 2,31%, lain-lain 2,43%, total bahan kering 26%, dan air 74%. Semua bahan itu dapat memberikan manfaat luar biasa Contohnya Brasil.
Negara itu keluar dari kemelut ketergantungan terhadap bahan bakar karena mampu mengolah tebu menjadi alkohol di samping menghasilkan gula Brasil akhirnya menjadi negara pengekspor gula terbesar dunia (ekspor 124 juta ton dari pro- duksi 22.4 juta ton pada tahun 2003/2004), serta memproduksi alkohol untuk alternatif bahan bakar kendaraan yang ramah lingkungan
Bagas tebu merupakan "limbah bernilai "emas" Ini merupakan fi- ber yang dapat menjadi bahan baku untuk energi, particle board atau pulp dan kertas. Indonesia menghasilkan tebu sekitar 25 juta ton lebih tahun 2002. 11,6 juta ton di antaranya berada di Jawa Timur. Ini setara dengan produksi bagas 3.1 juta ton. Asumsi rendemen dari bagas ke pulp 50% maka produksi total bagas sekarang ini setara dengan 1,5 juta ton pulp/tahun Kapasitas pabrik pulp yang ada di Indonesia 6 juta ton/ tahun. Jadi, bagas yang ada setara dengan 25% kapasitas industri pulp Indonesia Satu pabrik pulp yang dianggap ekonomis, kapasitasnya 450 ribu ton. Andaikan 30% bagas yang dihasilkan dipakai untuk pulp, ini setara dengan 450 ribu ton, atau cukup satu pabrik pulp yang memenuhi skala ekonomis Pulp sebesar 1.5 juta ton setara dengan tebangan 600 ribu hektar Hutan Tanaman Industri (HTI) pulp per tahun. Saat ini kita belum punya HTI pulp seluas itu. Jadi, tebu sebetulnya juga dapat menyelamatkan hutan secara tidak langsung.
0 Response to "Limbah Bernilai Emas: Bioetanol dari Tetes Limbah Pabrik Gula (Tebu)"
Post a Comment