Avocado Biodiesel: Bahan Bakar Nabati dari Ekstrak Biji Alpukat
Foto Buah Alpukat | Source: Pinterest |
"Ekstrak biji alpukat mengandung fatty acid methyl esters yang berpotensi sebagai bahan bakar nabati (avocado biodiesel)"
Bagi penjajaes campur, biji alpukat menjadi jatah keranjang sampah. Asal sudah dikerok dagingnya, biji dibuang percuma. Beberapa tahun ke depan, bukan mustahil biji Persea americana bakal jadi rebutan. Ekstrak biji alpukat mengandung fatty acid methyl esters yang berpotensi sebagai bahan bakar alternatif (avocado biodiesel). Sebutit buah sejuta manfaat sesaat lagi bakal disandang alpukat Ketebalan buah yang menggiurkan berpadu dengan kegunaan biji sebagai bahan bakar alias bioenergi Kelak, bukan mustahil mobil berbahan bakar minyak alpukat melintas di jalanan layaknya mobil biasa. Itu sudah terjadi di Amerika Senkat sejak akhir 2004 Serombongan ekolog yang dipimpin Zak Zaidman melakukan perjalanan dari California ke Costarica berkendaraan bus berbahan bakar biodiesel alpukat Bus keluaran sebuah pabrik di Amerika Serikat tahun 1974 itu diisi dengan 130 liter minyak alpukat. Bus melintasi Guatemala, El Savador, Honduras, Nicaragua, dan terakhir Costarica dengan bahan bakar tersisa 55 liter BBN ini amat ramah lingkungan, itu karena kadar belerang dalam Persea americana kurang dari 15 ppm (kadar belerang solar umumnya 1.500-4.100 ppm, bahkan solar impor berbelerang lebih dari 5000 ppm), sehingga pembakaran berlangsung sempurna dengan dampak emisi CO dan CO, bisa ditekan sehingga polusi udara pun bisa dikurangi
Beragam penelitian mendukung penggunaan minyak alpukat sebagai biodiesel The National Biodiesel Foundation (NBF) misalnya, telah meneliti buah Persea americana sebagai bahan bakar sejak 1994 "Alpukat mengandung lemak nabati yang tersusun dari senyawa alkyl ester, papar Joe Jobe, Executive Director NBF Bahan ester itu memiliki komposisi sama dengan bahan bakar diesel solar, bahkan lebih baik nilai cetane-nya dibandingkan solar. Pantas bila gas buangannya pun lebih ramah lingkungan
Tanaman alpukat bukan asli Indonesia. Alpukat merupakan tanaman buah berupa pohon dengan nama berbeda-beda di berbagai daerah, di antaranya alpuket (Jawa Barat); alpokat (Jawa Timur/Jawa Tengah), boah pokat, jamboo pokat (Batak), advokat, jamboo mentega, jamboo pooan, pookat (Lampung) Tanaman alpukat berasal dari dataran rendah/tinggi Amerika Tengah dan diperkirakan masuk ke Indonesia pada abad ke-18. Secara resmi antara tahun 1920-1930 Indonesia telah mengintroduksi 20 varietas alpukat dari Amerika Tengah dan Amerika Serikat untuk memperoleh varietas varietas unggul guna meningkatkan kesehatan dan gizi masyarakat, khususnya di dataran tinggi
Beberapa varietas unggul alpukat yang dicirikan oleh sifat antara lain, produksinya tinggi, toleran terhadap hama dan penyakit, buah seragam berbentuk oval dan berukuran sedang, daging buah berkualitas baik dan tidak berserat, berbiji kecil melekat pada rongga biji, serta kulit buahnya licin. Sampai dengan tanggal 14 Januari 1987. Menteri Pertanian telah menetapkan dua varietas alpukat unggul, yaitu alpukat ijo panjang dan ijo bundar. Hasil panenan budidaya alpukat ijo panjang antara 40-80 kg/pohon/tahun (rata-rata 60 kg), alpukat ijo bundar antara 20-60 kg/pohon/tahun (rata-rata 40 kg).
Bagian tanaman alpukat yang banyak dimanfaatkan adalah buah-nya, yakni sebagai makanan buah segar Masyarakat Eropa biasa me manfaatkan daging buah alpukat sebagai bahan pangan yang diolah dalam berbagai masakan. Manfaat lain dari daging buah alpukat adalah untuk bahan dasar kosmetik. Bagian lain yang dapat dimanfaatkan adalah daun muda sebagai obat tradisional (obat batu ginjal dan rematik). Sementara bijinya untuk biodiesel. Selain bijinya, daging buah alpukat juga mengandung minyak lemak, rata-rata 10-30% pada berbagai varietas.
Negara-negara penghasil alpukat dalam skala besar adalah Amerika (Florida, California, Hawaii), Australia, Kuba, Argentina, dan Afrika Selatan. Dari tahun ke tahun Amerika mempunyai kebun alpukat yang senantiasa meningkat. Di Indonesia, tanaman alpukat masih merupakan tanaman pekarangan, belum dibudidayakan dalam skala usaha tani Daerah penghasil alpukat adalah Jawa Barat, Jawa Timur, sebagian Sumatera, Sulawesi Selatan, dan Nusa Tenggara.
Keuntungan bertanam alpukat di Indonesia belum bisa dirasakan karena pengelolaannya tidak intensif Namun, karena permintaannya naik maka pertanaman alpukat dari tahun ke tahun mengalami kenaikan. Prospek ke depan, bisnis alpukat semakin cerah sehubungan dengan semakin terbukanya peluang pasar, selain krisis dan semakin mahalnya BBM berbasis fosil Dengan pengembangan yang terintegrasi dan pengolahan bagian- bagian alpukat secara menyeluruh, hasil usaha tani alpukat akan semakin menarik. Pada akhirnya, budi daya alpukat tidak lagi sekadar sambilan.
0 Response to "Avocado Biodiesel: Bahan Bakar Nabati dari Ekstrak Biji Alpukat"
Post a Comment