TAMAN NASIONAL BROMO TENGGER SEMERU, Kawasan Konservasi Pelestarian Alam dan Budaya
Tugu Brawijaya di TNBTS, Sumber foto: penulis |
TAMAN NASIONAL BROMO TENGGER SEMERU, Kawasan Konservasi Pelestarian Alam dan Budaya - Keanekaragaman hayati di Indonesia sangatlah penuh keberagaman dan keunikan di berbagai wilayah. Hampir setiap daerah selalu memiliki ikonik baik flora maupun fauna, contohnya Nusa Tenggara Timur dengan Komodo. Dalam upaya pelestarian keanekaragama hayati, peran kawasan yang diperuntukan untuk kelestarian sangatlah penting, salah satunya adalah Taman Nasional. Taman nasional menjadi salah satu kawasan konservasi yang berasal dari ekosistem asli. Selain sebagai kawasan konservasi yang menjaga dan melindung hutan, pengelolaan taman nasional juga dimanfaatkan untuk tujuan penelitian, pendidikan, budidaya dan pariwisata.
Saat ini total terdapat 50 Taman Nasional di Indonesia yang tersebar di seluruh nusantara. Diantara banyaknya Taman Nasional yang ada, Taman Nasional Bromo Tengger Semeru (TNBTS) menjadi salah satu TN yang sangat terkenal karena keindahan dan keanekaragaman hayati disana. Taman Nasional Bromo Tengger Semeru membentang luas melingkupi 4 Kabupaten di Jawa Timur yaitu Lumajang, Probolinggo, Pasuruan dan Malang. Sesuai dengan namanya "Bromo" dan "Semeru", 2 gunung yang terkenal di dunia pariwisata itu juga menjadi bagian dari TNBTS. Sementara itu "Tengger" sendiri merupakan nama dari suku asli yang mendiami kawasan sekitar Bromo dan Semeru.
Pembersihan alga di Ranupani, sumber foto: BBTNBTS |
Peran TNBTS Terhadap Budaya Suku Tengger
Selain sebagai kawasan konservasi pelestarian alam, siapa sangka jika Taman Nasional ini juga tidak melupakan pelestarian adat dan budaya asli disana. Suku Tengger yang mendiami sebagian wilayah TNBTS menjadi ikon tersendiri dalam pandangan pariwisata. Suku Tengger sendiri memiliki kepercayaan campuran antara agama hindu-buddha zaman Majapahit dan pemujaan kepada leluhur, oleh sebab itu jangan heran jika sering dilaksanakan beragam upacara atau kegiatan adat. Suku Tengger juga meyakini gunung Bromo atau oleh orang Tengger disebut "gunung Brahma" adalah tempat suci bagi mereka, sementara itu dibawah kaki gunung Bromo sebelah utara atau tepatnya di lautan pasir juga terdapat bangunan keagamaan Pura Luhur Poten Bromo. Gunung Bromo juga menjadi lokasi dari upacara adat Yadnya Kasasa (Kasodo) setiap tahunnya.
Meskipun sebagai wisata yang ramai dikunjungi setiap harinya, TNBTS turut menghormati kegiatan keagamaan dan adat oleh masyarakat Tengger. Pada saat perayaan kegiatan adat Suku Tengger, TNBTS selalu memberikan kebijakan seperti penutupan kawasan dan pembatasan kegiatan untuk para wisatawan agar masyarakat Tengger dapat melakukan kegiatan keagaaman dan adat mereka dengan khitmad. Beberapa kegiatan yang berimbas pada penutupan kawasan wisata antara lain Yadnya Kasasa (Kasodo) dan hari raya nyepi. Selain penutupan wisata, ada juga kegiatan keagamaan masyarakat Tengger yang menciptakan kesan berbeda pada wisata Bromo, yaitu Wulan Kapitu. Wulan Kapitu adalah bulan ketujuh dalam penanggalan Tengger, dimana pada satu bulannya masyarakat Tenggee akan melakukan puasa mutih. Pada saat pelaksanaan Wulan Kapitu, kawasan wisata Bromo tidam ditutup seperti saat Kasodo atau Nyepi, namun pihak TNBTS melakukan kebijakan "Car Free Month", ini adalah larangan bagi wisatawan berkunjung ke gunung Bromo turun ke lautan pasir menggunakan kendaraan bermotor, jadi para wisatawan harus berjalan kaki, bersepeda atau menyewa kuda jika ingin turun ke lautan pasir gunung Bromo. Selain berdampak positif pada tidak terganggunya masyarakat Tengger saat ibadah, tidak dilaluinya lautan pasir oleh kendaraan bermotor selama satu bulan rupanya memberi dampak baik pula pada menurunnya polusi udara disana dan erosi di lautan pasir yang dapat menyebabkan banjir disaat musim hujan. Ini adalah program pelestarian oleh TNBTS dimana sama dengan melestarikan budaya artinya ikut menjaga lingkungan.
Doa bersama masyarakat Tengger, sumber foto: BBTNBTS |
0 Response to "TAMAN NASIONAL BROMO TENGGER SEMERU, Kawasan Konservasi Pelestarian Alam dan Budaya"
Post a Comment