Ringkasan Edukasi Pohon Kadungdung, Kalumpit, Kamakoan dan Kareumbi
Ringkasan Edukasi Pohon Kadungdung, Kalumpit, Kamakoan dan Kareumbi-
KADUNGDUNG - Carmrium pseudodecumanum Hoch.
Jenis ini merupakan kcrabat dekat kenari. Dalam iu tumbuh-tumbuhan dikenal dengabn nama Canarium pseudodecumanum (Bur-seraceae). Pohonnya besar, dapat mencapai tinggi sarnpai 40 m lebih, diameter sampai lebih dari 100 cm, dan berbanir besar yang, tingginya sampai lebih dari 6 m serta kadang-kadang berakar tunjang. Kulit batangnya halus atau bersisik, berwarna abu-abu, menghasilkan resin yang berwarna coklat kemerah-merahan. Pepagannya lunak herwarna hijau pada bagian luarnya dan kuning sarrpai putih pada lapisan dalamnya, berbau harum. Tajuknya bulat lebat, dengan daun yang berwarna hijau tua dan mengkilat Ranting-rantingnya kokoh,dengan bekas-bekas tempat daun menempel besar dan nyata. Kuncup daunnya besar dan berbulu tebal seperti wol. Daunnya majemuk, meryirip, besar, ibu tulang daunnya pada permukaan atas berbuIu dan rata, tangkai daunnya ti- dak berdaun penumpu. Anak daunnya berjumlah 13 - 21 pasang. hampir tidak bertangkai, agak tebal. Perbungaan berbentuk malai. tumbuh pada ketiak daun. Bunganya kecil dan berbulu halus, bunga jantan dan betina terpisah. Buahnya besar, berupa buah batu, lonjong, berbulu kalau masih muda, kulit dalamnya sangat keras, penampangnya segitiga
Jenis ini hanya terdapat dalam hutan primer tanah rendah pada ketinggian sampai 280 mdpl. di Semenanjung Malaya, Sumatera, Kalimantan, Sabah dan Sarawak. Masa berbunga dan berbuah bervariasi, bergantung pada tempat tumbuhnya.
Kayinya ringan dengan kelas keawetan IV - V, kelas kekuatan III. serta belum banyak dimanfaatkan orang. Kulit batangnya mengeluarkan resin, yang sering dipe gunakan sebagai perekat dalam pembuatan perahu. Bijinya dapat dimakan dan menghasilkan minyak yang dapat digunakan untuk mnemasak, tumbuhan Kadungdung belum dibudidayakan orang. Di Kebun Raya Bogor terdapat contoh jenis ini yang tumbuh dengan baik. Perbanyakan hanya dikenal dengan bijinya.
KALUMPIT - Terminalia edulis Blanco
Kayu kalumpit berwarna coklat muda. Termasuk kayu ringan dengan B.J. 0.57 dan mudah untuk dikerjakan. Bila langsung kena tanah, kayu ini menjadi kurang awet. Dalam klasifikasi kayu, kalumpit dimasukkan dalam kelas keawetan IV dan kelas kekuatan III. Penduduk memimraatkan kayunya untuk pcmbuatan alat-alat rumah tangga, teru- tama alat-alat yang tidak berhubungan dcngan tanah. Jarang kayu ini dipakai sebagai bahan bangunan rumah. Buahnya yang asam itu selain dapat dirnakan juga dapat digunakan untuk pencuci kulit dan mata.
Kalumpit merupakan nama yang umum dipakai di Jawa Tengah untuk jenis Terminalia edulis yang termasuk dalam suku Combreteceae. Pohonnya ramping dan dapat mencapai tinggi 40 meter atau lebih. Batangnya berbentuk bulat dan sehagian lurus, sedikit berbanir di bagian ba- wahnya. Percabangunnya scdikit dengan tajuk keciI dan tidak lebat. Daunnya berukuran kecil yang berkelompok pada ujung ranting. Bunga-nya berbentuk bulir, warnanya kekuning-kuningan. Buahnya bila masak berwarna merah gelap. berdaging yang asam rasanya. Di Indonesia kalumpit terdapat di Jawa, Kalimantan, Sulawesi, Ambon dan Nusa Tenggara Timur pada ketinggian sampai 800 m dpl. Di luar Indonesia tumbuh di Sarawak, Sabah dan Filipina. Jenis ini tumbuh dengan baik pada tanah-tanah yang mengalami kekeringan secara teratur. Di Jawa kaIumpit tumbuh di hutan-hutan jati, dan selalu menghijau sepanjang musim. Di Timor tumbuh dalam hutan yang selalu lembab di tepi-tepi sungai di dataran rendah.
Tumbuhan ini pcrnah dicoba ditanam di Malaya, tetapi penjajakan penanaman jenis ini secara besar-besaran belum pernah dilakukan. Jenis ini memperbanyak diri dengan bijinya. Dalam hutan tumbuhan muda sering dijumpai kecambahnya di sekitar pohon induknya.
KAMAKOAN - Canurium balsamiferum Willd.
Kayu kamakoan tergolong kayu ringan (B.J. 0.49) dengan kelas keawetan V dan kelas kekuatan III. Kayu kamakoan belum banyak dimanfaatan orang. Dari bijinya dapat dihasilkan minyak atsiri yang lebih harum daripada minyak jenis kenari lain. Resin yang dihasilkan kulit batang sering dipakai untuk membuat obor.
Seperti juga kenaria kamakoan termasuk suku Burseraceae. Pohon- nya berbanir dan dapat mencapai tinggi sampai kira-kira 30 m, diameter sampai 70 cm, Kulit batangnya halus, atau bersisik, berwarna abu-abu, tajuknya bulat dan lebat. Daunnya majemuk, menyirip, dan tidak berdaun penumpu. Anak daunnya 5 - 8 pasang, tipis, tidak berbulu. Urat daun lateral tidak melengkung. Bunga jantan dan betina terpisah. Perbungaan jantan berbentuk malai, sedangkan perbungaan betina kebanyakan berbentuk tandan, tumbuh pada ketiak daun. Bunga jantan agak besar, hampir tidak berbulu, sedangkan bunga betina berbulu lebat. Buahnya berupa buah batu, berbentuk teur, kulit luarnya tcbal dan berdaging. kulit dalamnya keras sekali, berpenampang segitiga.
Jenis ini hanya terdapat di Sulawesi dan Maluku. Tumbuh dalam hutan primer tanah rendah pada ketinggian sampai 700 m dpl. Masa berbunga dan berbuah umumnya sekitar bulan Mei - Juli. Jenis ini belum dibudidayakan orang. Beberapa pohon ditanam di Kebun Raya, Bogor sebagai koleksi. Pohon-pohon tersebut tumbuh dengan baik. Perbanyakan hanya dikenal dengan biji.
KAREUMBI- Homalantlius populneus (Giesel,) Pax
Kareumbi termasuk dala. suku Euphorbiaceae. Pohonnya berukuran sedang atau semak, yang tingginya sampai 10 m dan diameter sampai 30 cm. Batangnya lurus, membundar, kadang-kadang bengkok. Pangkal batangnya membesar jika tumbuh di hutan pegunungan. Permukaan kulit batangnya licin, berwarna abu-abu kotor, dan tidak retak. Pepagannya tipis tidak berdaging, berserat halus, berwarna putih dan mudah dikupas. Kulit arinya agak lekat dan berwarna kekuning-kuningan. Tajuknya tipis agak melebar. Daunnya tunggal, tersusun spiral, berbentuk hati, tebal, mempunyai tangkai yang cukup panjang. Daun yang muda berwarna merah darah. Perbungaan berupa bulir dan berwarna putih kekuningan. Buahnya buIat dan berwarna hijau tua.
Jenis ini tersebar dari Muangthai, Filipina, Malaysia, Indonesia, kecuali Irian dan Papua Nugini,sampai ke kepulauan Bismarck. Kareumbi merupakan jenis pionir yang tumbuh di hutan tebangan, hutan sekunder, dan hutan pinggir sungai, di dataran rendah sampai 2000 m dpl. Jenis ini hanya terdapat di tempat-rempat terbuka dan kadang-kadang tumbuh di bagian yang terbuka dari hutan yang masih utuh. Kayunya ringan, mempunyai B.J. 0.36, kelas keawctan V dan kelas kekuatan IV. Sampai sekarang kayu dimanfaatkan untuk kayu bakar. Pepagannya dipakai sebagai zat pewarna hitam. Daunnya dapat diguna- kan sebagai obat demam. Lateksnya beracun. Karena itu daun yang masih segar sangat berhahaya untuk ternak ruminansia. Pcrbanyakan secara alami dilakukan dengan biji dan juga dengan tunas. Pengamatan di hutan cagar alam Cibodas menunjukkan bahwa potongan cabang atau batang yang ditanam dapat membentuk tunas dan tumbuh dengan baik. Pembudidayaannya belum pernah diusahakan meskipun pertumbuhan jenis ini sangat cepat. Selama waktu satu tahun, semai jenis ini dapat mencapai tinggi 2.5 m dengan keliling batang 10 cm.
0 Response to "Ringkasan Edukasi Pohon Kadungdung, Kalumpit, Kamakoan dan Kareumbi"
Post a Comment