Pertempuran Barong dan Rangda: Sosok Mitologi Bali
Seni pertunjukan di Bali secara garis besarnya dapat diklasifikasikan menjadi tiga jenis, yaitu tari waliialah tari yang bersifat sakral hanya digunakan dalam upacara panca yajna, sedang tari babali ialah tari-tarian yang dapat dipersembahkan dalam rangka upacara panca yajnamaupun dalam kaitannya dengan fungsi hiburan, dan tari balih-balihan adalah tarian Bali yang utamanya hanyalah sebagai hiburan masyarakat (Titib, 2003:158).
Dari masing-masing klasifikasi tersebut, yang masuk kedalam jenis tari waliialah seperti tari baris, tari rejang, tari pendet, tari sang hyang, sertabarongdan rangda. Sedangkan yang masuk tari bebaliialah tari wayang lemah, tari gambuh, tari topeng, dan yang termasuk dalam tari balih-balihanialah seperti tari kebyar, tari janger, sendratari, tari drama gong, tari legong, dan lain-lain. Menurut ajaran agama Hindu di Bali dalam melaksanakan bhakti kepada Tuhan atau Ida Sang Hyang Widhi Wasadan segala manifestasi-Nya senantiasa memakai simbol dengan bentuk seperti arca, tulisan, barong, rangdadan lain-lain.
Simbol ini diperlukan guna lebih fokus dalam melaksanakan pemujaan. Agama dan seni secara impiris mempunyai hubungan yang erat karena keduanya memiliki unsur yang sama yaitu ritual dan emosional. Ritual merupakan transpormasi simbolis dan ungkapan perasaan dari pengalaman manusia yang kompleks (Langer dalamHadi,2006: 11).
Karakter Barong dan Rangda Dalam Tarian Sakral Bali
Barong dan rangda merupakan salah satu tarian yang sangat sakral sekaligus digunakan sebagai tapakan Ida Betara untuk mengapresiasikan keberadaan Beliau yang nirgunamenjadi sagunaatau impersonal God menjadi personal God. Barongdan rangdaini melambangkan unsur rwa bhineda.Tari Barongdan rangdamempunyai keistimewaan tersendiri dalam statusnya sebagai seni tari sakral, sebab selain dipentaskan di pura yang berkaitan dengan upacara piodalan pura, juga dipentaskan ketika diadakan upacara keagaaman di luar pura.
Sosok Ranga dan Barong sendiri merupakan karakter yang sebenarnya populer, buktinya kita bisa banyak menemukan dua karakter tersebut di berbagai desain produk seperti pakaian. Lalu sebenarnya siapa sosok Barong dan Rangda ini?
Mengenal Siapa itu Sosok Rangda
Dalam mitologi Hindu Bali, Rangda merupakan sosok pemimpin bagi kaum Leak bali dalam melawan sosok Barong. Rangda digambarkan sebagai sosok wanita dengan rambut panjang yang kusut masai, mata membelalak, bertaring besar, berkuku panjang,lidah yang menjulur, dan payudara yang panjang.
Secara harfiah, kata "Rangda" bermakna janda. Makna ini sesuai asal muasal ceritanya yang mengisahkan Ratu Mahendradatta yang membalas dendam karena diasingkan Raja Dharmodayana atau biasa dipanggil Raja Udayana. Mantan ratu ini Ialu membalaskan sakit hatinya dengan membunuh setengah dari rakyat di kerajaan itu.
Gautama dan Sariani mengartikan Rangda sebagai: (1) janda; (2) peran dalam cerita Calonarang sebagai janda tukang sihir yang menyeramkan. Sementara menurut Mardiwarsito dalam kamus Jawa Kuno, Rangda ini berarti "Janda" begitupun dalam bahasa Bali alus yang menyebut Janda dari kalangan Tri Wangsa di Bali (brahmana, Ksatra, Wesya), sementara Janda dari kalangan Sudra Wangsa dikenal dengan Balu/Watu. Pada kalangan masyarakat umum di Bali, istilah Rangda ini lebih dekat pada pengartian tokoh jahat yang mempraktikan ilmu hitam untuk menghancurkan masyarakat.
Kostum ilustrasi "Rangda", untuk acara adat Pict by: nym_triyana |
Mengenal Siapa itu Sosok Barong
Barongan adalah karakter utama dalam legenda Jawa-Bali, sebagai perwujudan dari nilai-nilai kebaikan dan keadilan. la memimpin kekuatan yang baik dalam pertempuran tanpa henti melawan kekuatan kejahatan pasukan setan- yang dipimpin oleh sosok yang mereka sebut "ibu", ratu iblis Rangda. Menurut salah satu legenda, Barongan pada awalnya memiliki wajah layaknya orang normal, tetapi kemudian diubah menjadi kepala hewan oleh peri hutan sebagai pembalasan untuk pelecehan seksual yang dilakukannya.
Sosok Barong sendiri masih memiliki banyak perwujudan dan pengartian berbeda dari para ahli. Pertama menurut Gautama dan Sariani menyebut Barong ini sebagai perwujudan binatang mitologis lambang kebenaran untuk melawan kekuatan yang merusak, ada beberapa macam-macam barong, antara lain: bangkal (berbentuk babi jantan besar), barong bangkung (berbentuk induk babi), Barong ket/kaket/kakek (binatang mitologis perwujudan "Banaspati Raja"), Barong landug yang berbentuk manusia tiggi besar ("Jero Gede" untuk laki-laki berwajah hitam menyeramkan, dan "Jero Luh" untuk wanita dengan muka berwarna putih atau kuning agak lucu).
Kedua, pengartian Barong oleh Segara menyebutkan secara etimologi dari bahasa sanskerta "b(h)arwang" dalam bahasa Indonesua artinya sejajar dengan kata beruang. Ketiga, Titib mengartikan Barong dari kata "Barwang (barong)" dalam bahasa Jawa Kuno berarti beruang, beruang madu (Ursus Malayanus), Keempat pengartian dari Budhiartini menyebutkan barong terdiri dari akar kata "Bar" sama dengan "Bor", Bor ini kemudian disebut poros, kemudian Ong artinya ) dan Ng, yaitu ) menggambarkan sebelum ada apa-apa, jadi barong ia simpulkan sedang membicarakan sifat tuhan dalam wujud "Ibapa".
dan terakhir pengartian menurut Ida Bagus Sudiksa, seorang undagi Barong menjelaskan bahwa Barong memiliki kedekatan arti "mebarungan" yang memiliki makna "persatuan". Jadi, Barong diartikan lebih kepada "Menyatukan" (kerukunan). Pengertian ini cukup relevan dengan Barong sebagai media peranti sakral untuk menyatukan antar desa. Oleh sebabnya istilah "Bhatara Ratu Gede mesemeton dengan Ratu Bagus yang ada di desa lainnya", seperti dalam upacara Yadnya, maka barong dari desa lain datang untuk memenuhi undangan dan berjumpa untuk menerima persembahannya pemuja.
Kostum ilustrasi "Barong" saat upacara Galunggung. Pict by @Wangswargan |
Pertempuran Barong dan Rangda
Konfrontasi antara Barongan dan Rangda adalah salah satu alur cerita utama dalarn sebuah epik mitologilokal, yang tanpa disengaja memiliki hubungan dengan tokoh yang benar-benar nyata, yaitu penguasa Bali- Jawa pada abad ke-11, Airlangga, Airlangga sendiri adalah anak dari Raja Udayana.
Dalam pertempuran yang menentukan dengan Rangda, Barongan masuk atas permintaan Airlangga. Airlangga sendiri, sebelumnya telah mengalahkan segerombolan iblis, dan mengubah sisa-sisa tentaranya menjadi sekutu yang brutal. Rangda, dengan bantuan ilmu hitam, menenggelamkan para prajurit yang menyertai Barong dan membuat mereka kerasukan untuk melakukan bunuh diri massal,ia mengontrol para prajurit Barongan agar menusukkan keris ke dada mereka sendiri tetapi digagalkan oleh Barongan, yang juga menguas ai ilmu hitarn, membuat anak buahnya menjadi kebal dan pada akhirnya mereka berhasil mengalahkan ratu iblis Rangda.
Dalam mitologi yang lain, Barong dan Rangda digambarkan memiliki kekuatan yang berimbang. Keduanya juga dianugerahi keabadian, sehingga terjadi pertarungan yang tak ada habisnya. Karena sama kuat, keduanya terus bertarung tanpa ada salah satu pihak yang kalah.
Kisah pertarungan abadi inilah yang kemudian diangkat dalam kesenian tari barong. Tari barong memiliki banyak versi. Salah satu versi yang sederhana dan singkat adalah tari barong rangda yang dipentaskan secara rutin di panggung amphiteater kompleks Garuda Wisnu Kencana. Tari ini menjadi pengantar bagi masyarakat awam untuk memahami konsep rwa bhineda yang menjadi bagian dari prinsip hidup masyarakat Bali.
Dalam kepercayaan spiritual masyarakat Hindu Bali, dikenal adanya konsep rwa bhineda yang secara harfiah bermakna dua perbedaan yang berjalan harmonis.
Konsep keseimbangan initerwujudkan dalam mitologi hubungan antara Barong dan Rangda. Perseteruan abadi Barong dan Rangda melambangkan kebaikan dan keburukan yang pada hakikatnya berdampingan. Baik keburukan maupun kebaikan, keduanya tidak dapat dihilangkan sepenuhnya dari kehidupan manusia. Kebaikan ada karena adanya keburukan atau kejahatan yang menjadi pembandingnya. Begitu pula sebaliknya. Sesuatu dianggap sebagai keburukan karena ada kebaikan yang menjadi parameter pembandingnya.
0 Response to "Pertempuran Barong dan Rangda: Sosok Mitologi Bali"
Post a Comment